Kebangkitan Industri Pertahanan Indonesia (Bagian II - Habis)

Oleh Marko Rankovic

Juga dikerjakan bersama Korea Selatan adalah proyek strategis kedua, pengadaan tiga unit kapal selam baru dari Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME). Dua unit pertama dari kapal selam 209 DSME akan dibangun di Korea Selatan. Para insinyur dari BUMN Indonesia di bidang pembuatan kapal laut, PT PAL, akan mengamati dan ikut serta dalam proses ini.
Kapal selam ketiga akan dibangun oleh para insinyur ini di galangan kapal (shipyard) milik PT PAL di Surabaya, Jawa Timur. Infrastrujtur baru juga akan dibangun di Surabaya untuk mengakomodasi keperluan ini. Ini akan jadi yang pertama kali, kapal selam dibangun di Indonesia.
 
Bekerjasama dengan China, Indonesia juga mengembangkan rudal anti kapal permukaan C-705, yang merupakan proyek strategis ketiganya. Rudal subsonik jarak jauh akan digunakan oleh angkatan laut Indonesia. Fasilitas produksi akan dibangun di Indonesia, setelah pelatihan ahli-ahli dari Indonesia di China. PT DI akan menjadi lead integrator untuk proyek ini, berdasarkan pengalamannya di bidang penerbangan.

Desain, pengembangan, dan manufaktur R-Han, roket ukuran 122mm merupakan pryek strategis keempat. Sebuah konsorsium riset dan pengembangan terdiri dari Kemenristek, Balitbang Kemenhan, dan LAPAN, tengah mengerjakan proyek ini. PT DI juga diikutsertakan untuk produksi setelah fase pertama proyek selesai.

PT Dahana, yang lebih dikenal sebagai produsen bahan peledak, memimpin proyek kelima, terkait dengan produksi bahan bakar roket (propelan). Saat ini, Indonesia masih bergantung pada propelan impor, yang digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari roket hingga produksi amunisi peluru. Jika PT Dahana mampu membangun pabrik propelannya sendiri, maka perusahaan itu akan mampu menjamin pasokan dalam negeri bahan kimi strategis ini kepada pabrikan industri pertahanan lainnya.

Pembuatan medium tank (tank ukuran menengah) merupakan proyek keenam. Dalam hal ini, lead integratornya adalah perusahaan manufaktur senjata dan kendaraan militer Indonesia, PT Pindad yang bekerjasama dengan FNSS, kontraktor pertahanan terkemuka Turki. Kedua perusahaan merancang medium tank yang benar-benar baru, sesuai dengan kebutuhan TNI. Meskipun PT Pindad saat ini memproduksi sejumlah kendaraan lapis baja berpenggerak roda (panser), ini akan merupakan pertama kalinya kendaraan lapis baja berpenggerak rantai yang diproduksi di Indonesia. Sekali lagi, ini akan mengurangi ketergantungan pada pabrikan luar negeri. 

Proyek strategis terakhir adalah perancangan untuk meningkatkan, memperluas, dan memperkuat cakupan radar nasional. Cakupan radar saat ini masih kurang, mengingat luas  wilaah darat dan laut RI ang begitu besar.Sistem Ground Control Intercept Radar (GCIR) ang digunakan oleh pertahanan udara Indonesia juga akan meningkat dramatis dengan diwujudkannya proyek ini. Belum ada partner luar negeri ataupun lead integrator dalam negeri yang sudah terpilih. Bagaimanapun, Indonesia sangat mendukung sejumlah perusahaan swasta maupun BUMN ang sesuai untuk berkontribusi pada proyek ini, termasuk di antaranya PT LEN, PT INTI, PT CMI Teknologi dan PT Infra RCS Indonesia.

Meskipun kebangkitan industri pertahanan utamanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan pertahanan Indonesia, tapi tetap ada harapan pada akhirnya ini akan meningkatkan ekspor industri pertahanan, mengingat sektor ini kini semakin aktif dan inovatif lagi. Ini bukan hal baru bagi Indonesia ang memiliki sejarah ekspor produk pertahanan. PT DI telah memproduksi pesawat trasnport CN-235 dan menjualnya kepada angkatan udara berbagai negara, dan baru-baru ini PT PAL memenangkan kontrak untuk membuat kapal Strategic Sealift Vessels (SSV) bagi AL Filipina. Bahkan salah satu perusahaan Indonesia, PT Sritex, perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara, memasok seragam militer ke lebih dari 30 negara di seluruh dunia, termasuk Jerman.

Sejumlah perusahaan swasta juga muncul menjadi bagian dri kebangkitan industri pertahanan Indonesia, menunjukkan inovasi mereka, mempekerjakan tenaga-tenaga ahli di bidangnya dan memperluas lini produksi mereka. Ini termasuk perusahaan pembuat kapal laut ang berbasis di Batam, PT Palindo Marine, Garda Persada yang merupakan produsen aki kendaraan yang baru saja didirikan, dan pembuat parasut, CV Maju Mapan, adalah sedikit di antaranya.

Akhirnya, kebijakan minimum essential force Indonesia ditetapkan bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan pertahanan tapi juga untuk membangun generasi baru manajer-manajer yang berkelas dunia, insinyur-insinyur dan tenaga-tenaga ahli yang mampu mengerjakan proyek-proyek industri skala besar canggih dan rumit.

Sumber: The World Folio

Referensi Tambahan

1. PT Dahana Bikin Pabrik Komponen Rudal dan Roket

Dina Rayanti - detikfinance
Jumat, 29/01/2016 12:00 WIB
Dahana Bikin Pabrik Komponen Rudal dan Roket 
 
Jakarta -PT Dahana (Persero) merupakan BUMN yang bergerak di bisnis bahan peledak untuk pertambangan umum, kuari dan konstruksi, minyak dan gas serta pertahanan.

Namun, menurut Direktur Utama PT Dahana Budi Antono, saat ini pihaknya sedang fokus di bidang pertahanan terutama setelah adanya sinergi dengan BUMN lain seperti PT DI, PT Pindad, PT Inti, PT Inuki, dan PT LEN di cluster pertahanan.

"Kita sudah berubah sejak ada sinergi-sinergi dan juga dulu memang Dahana melayani keperluan militer tapi hanya 5%, tapi setelah kita ada sinergi, jadi kita harus bikin cluster pertahanan," ungkap Budi usai melaksanakan Plant Tour ke area Ring 1 Energetic Material Center PT Dahana, di Subang, Jawa Barat, Kamis (28/1/2016).

Ia menjelaskan, saat ini PT Dahana sedang dalam proses pembuatan pabrik propelan yaitu sejenis bahan kimia yang digunakan untuk komponen pembuatan rudal dan roket. Sebelum pabrik propelan ini dibangun, PT Dahana terlebih dahulu membangun pabrik NG (Nitro Gloserin) dan pabrik NC (Nitro Celullose) yang merupakan bahan utama pembuat propelan.

"Jadi sekarang di Dahana ada pabrik NG (Nitro Gliserin), nanti tahap kedua ada NC (Nitro Cellulose), nanti kita bangun pabrik propelan, nanti setelah di mix propelannya untuk peluncur roket, peluncur rudal," jelas Budi.

Budi memperkirakan, proyek (pabrik propelan)  ini baru akan selesai dalam kurun waktu 3-4 tahun ke depan.

"Ya mungkin dalam waktu 3-4 tahunan. Ini kalau untuk NG kira-kira Mei atau April commisoning," kata Budi.(drk/drk)

Sumber: Detik 

2. PT Dahana Targetkan Pembangunan Pabrik "Propellant" Selesai 2017

 Minggu, 14 September 2014 | 17:21

PT Dahana, perusahaan BUMN yang bergerak di industri bahan peledak.
PT Dahana, perusahaan BUMN yang bergerak di industri bahan peledak. (Dahana) 

Jakarta - PT Dahana, perusahaan Badan Usaha Millik Negara (BUMN) yang bergerak di industri bahan peledak menargetkan pembangunan pabrik propellant, bahan pelontar senjata Munisi Kaliber Kecil (MKK), tahap satu di kawasan Energetic Material Center (EMC) Subang selesai pada 2017.
Pembangunan pabrik yang menelan investasi sebesar Rp 2,6 triliun tersebut diawali dengan pendirian fasilitas booster dan pembuat asam nitrat pekat (NAC/SAC) tahun 2012 lalu.
Saat ini, pembangunan pabrik itu sudah masuk tahap persiapan peletakan batu pertama (ground breaking) yang ditargetkan Oktober 2014.
"Pembangunan pabrik propellant tahap satu ditargetkan selesai dalam waktu 36 bulan, atau pada tahun 2017 ," kata Direktur Utama PT Dahana Harry Sampurno kepada Beritasatu.com, Minggu (14/9).
Awalnya, pendanaan pembangunan pabrik tersebut direncanakan menggunakan aggaran Kementerian Pertahanan. Namun, ke depan perseroan akan menggunakan opsi pendanaan investasi mitra.
Dahana akan menggandeng produsen bahan energetik asal Perancis, Eurenco dalam bentuk kerjasama joint venture dengan kepemilikan asing maksimal 49 persen.
Selain itu, perseroan juga akan menggandeng Roxel, produsen motor roket asal Perancis dalam pembangunan pabrik propellant untuk komposit roket.
Selama ini, kebutuhan bahan baku persenjataan Indonesia seluruhnya diimpor dari Belgia. Dengan adanya pabrik ini, diharapkan lima tahun ke depan kemandirian industri pertahanan Indonesia dapat meningkat.
"Untuk setiap Rp 1 triliun investasi di industri propellant diperkirakan akan mampu mendorong pertumbuhan output dari sektor hilirnya sebesar Rp 40 miliar, bukan tidak mungkin selain untuk kebutuhan dalam negeri (PT Pindad), kita juga bisa ekspor ke luar," ujarnya.
Kapasitas produksi nitrogliserin di pabrik itu nantinya ditargetkan 200 ton per tahun, spherical powder sebanyak 400 ton per tahun, dan propellant double base roket sebanyak 80 ton per tahun.
Propellant merupakan bahan pendorong peluru dan roket yang terususun atas fuel, oksidator dan adiktif. Bahan tersebut menjadi komponen utama amunisi kebutuhan persenjataan ringan, alutsista (meriam, kanon, roket) untuk kepentingan sipil dan industri.
Yosi Winosa

Sumber: Berita Satu

3. Ekspor Perdana Booster PT Dahana Menuju Filipina

MENTERI Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menandatangani prasasti sebagai tanda diresmikannya pabrik Egan/Ansol yang lokasinya berada di Buton Kaltim, Sabtu (10/5/2014) di Energetic Material Center (EMC) PT. Dahana (persero), Kab Subang. Selain itu Menteri P
Yusuf Adji/PRLM
MENTERI Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menandatangani prasasti sebagai tanda diresmikannya pabrik Egan/Ansol yang lokasinya berada di Buton Kaltim, Sabtu (10/5/2014) di Energetic Material Center (EMC) PT. Dahana (persero), Kab Subang. Selain itu Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida S. Alisjahbana meletakkan batu pertama pembangunan pabrik NAC/SAC, sekaligus melakukan ekspor perdana booster ke Filipina.* 
SUBANG, (PRLM).- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida S. Alisjahbana mengunjungi Energetic Material Center (EMC) milik PT Dahana (Persero) di Kabupaten Subang, Sabtu (10/5/2014).

Pada kesempatan itu Menteri PPN meletakkan batu pertama pembangunan pabrik NAC/SAC sebagai kelanjutan Pabrik Booster yang telah dibangun tahun 2012 lalu. Sedangkan Menhan meresmikan pabrik Egan/Ansol yang lokasinya berada di Buton.

"Hari ini juga kita menyaksikan ekspor perdana booster ke Filipina, mengikuti jejak produk Dahana lainnya yang sudah diekspor lebih dulu, dan berjalan ke 20 negara lebih," kata Direktur Utama PT Dadana (Persero), F. Harry Sampurno.

Dia mengatakan pembangunan fasilitas pabrik kali ini merupakan Fase kedua, menyelesaikan pembangunan fasilitas Pembuat Asam Nitrat Pekat dan Asam Sulfat Pekat
(NAC/SAC). Dengan adanya bangunan ini Dahana akan memproduksi Asam Nitrat Pekat sebagai bahan baku pembuatan PETN yang merupakan komponen utama pembuatan booster.
Dikatakan Harry, dengan memproduksi sendiri PETN, maka pihaknya bisa menghemat biaya produksi secara signifikan, sekaligus kemandirian. Sebab nantinya tidak lagi tergantung kepada PETN yang saat ini masih impor.

Selain itu, lanjutnya, kehadiran fasilitas NAC/SAC ini juga sangat strategis. Sebab menjadi hulu dari industri propelan yang sudah dicanangkan sejak akhir tahun 2010 lalu.
"Investasi pabrik booster baik fase pertama maupun fase kedua, ditanggung bersama oleh Dahana dan DAK Energetics Limited," ujarnya.

Menurut Harry. Jika fase kedua ini terealisasi, bukan mustahil ke depannya tidak hanya dapat melakukan pengayaan bahan peledak untuk tujuan komersial, tetapi akan mampu memproduksi propelan untuk kepentingan pertahanan.

Harry juga mengungkapkan rampungnya ketiga fase produksi Booster, Dahana bisa berperan penuh dalam menyokong kemandirian industri pertahanan nasional. Kawasan ini diarahkan untuk membuat segala macam bahan peledak guna mendukung alutsista, seperti isian bom, roket, dan lainnya.

"Pentolite Cast Booster sendiri merupakan bahan peledak dengan daya ledak paling tinggi di antara semua jenis handak (bahan peledak) yang dipakai di dunia pertambangan saat ini. Kami menggandeng DAK Energetics Limited, perusahaan asal Amerika Serikat, akhirnya bisa merampungkan pembangunan pabrik Booster skala besar pertama di Indonesia. "Booster berlabel “Dayaprime” ini bakal mengurangi ketergantungan, bahkan menghapuskan booster impor," katanya. (Yusuf Adji/"PR"/A-88)***

Sumber: Pikiran Rakyat 

KEMBALI KE HALAMAN UTAMA 



Kunjungi TOKO FARSA di TOKOPEDIA

Kunjungi TOKO FARSA di BUKALAPAK
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar