PT Dirgantara Indonesia Mengembangkan Pesawat Turboprop 19 Penumpang

PT Dirgantara Indonesia (IAe) telah memulai pengembangan turboprop 19 kursi, yang bisa bersaing dengan Viking Twin Otter dan Harbin Y-12F buatan China.
 
N219 adalah pesawat buatan lokal pertama yang dikembangkan di Indonesia setelah pengembangan pesawat turboprop IPTN N250 dengan 50 kursi pada tahun 90-an, dengan rencana untuk prototipe pertama dapat terbang pada tahun 2015, dan mendapatkan sertifikasi dari otoritas Indonesia pada tahun 2016. Sertifikasi Internasional akan menyusul kemudian.
 
"Ada masyarakat di Indonesia Timur yang sangat terpencil, dan terlalu mahal untuk membangun jalan akses menuju mereka, sehingga satu-satunya cara untuk mendukung transportasi mereka adalah melalui udara," kata manajer pemasaran PT DI Teguh Graito.
 
Studi pasar untuk pesawat 19 penumpang telah dimulai kembali pada tahun 2006, dan program ini sekarang mendapat dukungan penuh, dengan biaya pengembangan diharapkan sekitar $ 80 juta.
 
Desain rinci saat ini sedang berlangsung, di mana desainer mencari terobosan untuk memperbaiki kinerja Twin Otter dengan meningkatkan tinggi dan lebar kabin, yang memungkinkan tiga tempat duduk sejajar dengan pitch 32 inci untuk 19 kursi. N219 akan memiliki beban muatan £ 5.000 (2.313 kg). PT DI telah memilih mesin turboprop Pratt & Whitney Canada PT6A-42 dan avionik Garmin 950.
 
Perusahaan ini sedang membangun hanggar baru dan fasilitas produksi untuk N219 di pabrik Bandung dengan rencana kapasitas cukup untuk membangun 12 pesawat unit per tahun, dan tahun berikutnya bertambah menjadi 24 unit per tahun. Program ini mulai menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan di Indonesia. Maskapai penerbangan berbiaya rendah, Lior Air, memesan 50 pesawat, dengan kemungkinan tambahan 50 unit lagi untuk menyediakan layanan pengumpan ke seluruh negeri, sementara Nusantara Buana Air (NBA), sebuah maskapai regional kecil beroperasi dari Banda Aceh di bagian barat Indonesia, telah menandatangani MoU untuk 20 pesawat, dengan kemungkinan penambahan 10 unit pesawat.
 
Walaupun prioritas PT DI adalah penjualan pesawat komersial, tapi perusahaan juga mempertimbangkan kemampuan multi-misi bagi pesawat ini untuk dapat digunakan juga dalam operasi militer dan parapublic.

PT DI yang sekarang merupakan satu-satunya pabrikan dari CASA (sekarang Airbus Defence and Space) C212, kini menawarkan varian baru yang disebut NC212i. Perusahaan juga telah mengembangkan sistem winglet untuk Airbus C235, yang dikembangkan oleh PT DI untuk keperluan di dalam negeri sebagai CN235-220.
 
Dua prototipe dari pesawat N250 telah dibangun dan menyelesaikan 800 jam terbang sebelum akhirnya dana dari pemerintah Indonesia dihentikan selama krisis ekonomi Asia pada tahun 1997. Tapi para insinyur PT DI telah belajar dari pengalaman program N250 itu untuk mengembangkan pesawat N219.

Sumber: Aviation Week 

KEMBALI KE HALAMAN UTAMA 




Kunjungi TOKO FARSA di TOKOPEDIA

Kunjungi TOKO FARSA di BUKALAPAK
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar