Didukung oleh dua mesin Pratt & Whitney PT6A-42, pesawat dapat beroperasi hingga 480nm (889km) dengan mengangkut 19 orang penumpang, sementara jelajah maksimum pesawat hingga 840nm. Pada kondisi berat take-off maksimum, pesawat dapat lepas landas dari landasan pacu pada jarak minimal 393m (1,289ft), dan dapat mendarat dengan jarak minimal 197m. Kecepatan maksimum pesawat dapat mencapai 210kts (389km / h).
Flight Deck akan berbasis digital, dengan kokpit berbahan kaca. Fitur autopilot merupakan pilihan, kehadirannya tergantung kepada pesanan pembeli sebagai operator pesawat itu nantinya.
IAe mencatat bahwa N219 memiliki kelebihan tertentu atas pesaingnya. Ini termasuk murah, langsung dapat beroperasi, perubahan konfigurasi dapat dilakukan dengan cepat, pintu kargo yang luas, dan kemampuan untuk beroperasi pada kecepatan tinggi.
Dalam sebuah wawancara dengan flightglobal pada bulan Februari 2014, wakil presiden IAe untuk pemasaran dan solusi pesawat terpadu, Arie Wibowo, mengatakan pihaknya berniat untuk meluncurkan pesawat pertama dari empat prototipe pesawat N219 pada tahun 2016. Nantinya, dua pesawat akan digunakan untuk tes statis dan struktural, dan dua lainnya untuk pengujian penerbangan.
IAe menargetkan penjualan 200 buah pesawat N219s selama jangka waktu lima sampai 10 tahun, tambah Wibowo. Setelah mencapai target itu, perusahaan akan mulai bekerja pada proyek-proyek lainnya.
Sampai saat ini, operator penerbangan daerah hanya Indonesia Nusantara Buana Air yang telah menandatangani kesepakatan untuk membeli hingga 20 N219s, senilai € 120 juta ($ 130 juta). Perusahaan induk dari Lion Air, Lion Group, juga telah menyatakan minatnya untuk mengakuisisi setidaknya 50 N219s, meskipun belum ada pesanan resmi dari mereka.
Sumber: Flight Global
KEMBALI KE HALAMAN UTAMA
Kunjungi TOKO FARSA di TOKOPEDIA
Kunjungi TOKO FARSA di BUKALAPAK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar